aku bertanya padamu tentang satu keadaan dimana gelap mewakili yang terang disaat debu menari diatas tapak yang bersih hingga senja menutupi yang bercahaya disaat langit terhias dengan pelangi karena hujan hukum yang tak pernah dikata usang sedangkan kitab-kitab ilmu tersuruk dalam karung mencari penjelma yang mencoba berdiri tercabar didalamnya meski dia berkata …

dia yang tertatih di awal bangunnya berjalan dengan intuisi atas idealisme menapak diantara semak yang berduri yang cenderung menari setiap merajam para pemimpi lahir bukan dari diri yang kuat bukan pula dari raga yang kekar bukan pula dari kelakar yang berjaya bukan pula dari romansa atas masa lalu dia hidup dari eksploitasi …

Ratapan yang tidak berhenti, dari bangunan yang terkoyak bukan oleh kesalahannya sendiri, ego, prestise ada disana, tapi yang menyejukkan ada sedikit cinta tersisa yang menampakkan ketabahannya bertahan ditanah yang tidak lagi gembur. Aku ingin bertanya padanya apa yang membuatnya gundah, terserang lamunan dikala semua insan mencoba terlelap dalam dekapan malam, terdiam disudut …

mengayuh dalam riak yang bergelombang sungkan termenung dalam terang apa guna meratap… meniti jalan yang tak terlihat tak mendongak ke atas ataupun ke bawah ya… terus berlari, teruskanlah berlari sembunyi di balik realita yang indah gejolak tawa dan tangis saling berima mana mimpi yang bisa sempurna…

di penghujung asaku apalagi yang bisa ku kenang relung-relung tak lagi mengisi hati ramai kicau tak lagi terdengar nyaring di balik dahan yang bercabang ada suara yang mengintip mungkin coba menjenguk aku yang tak lagi dulu ada kabar suara sumbang masihkah pilu kawan mu yang setia dalam setiap detik degup yang terkenang …

Thanks to God al-Mighty, We never truly alone, saying loudly or even secretly hidden on Our heart, We never truly alone, each breathe taken, even say it that we shall stand for Our self, but there is always a reason to do it for others, and We never truly alone. There is …

dunia tak sebesar yang kau kira kawan kemana matamu memandang kemana kakimu melangkah dan tanganmu mengayun atau dunia menjadi sebesar imajimu batas-batas yang menggeser tepianmu meluaskan cakrawala tapi ingat kawan tanpa kesadaran, dia hanya menjadi sebuah bualan jika kau terus menyerahkan kesadaran pada imajimu

ada cerita di dalam saku celana kisah terlipat dan tergerus oleh waktu apakah ada yang terlena? ataukah sibuk dengan nalurinya detik-detik datang saat mata masih terlelap mencuri ritme dalam mimpi yang tak pernah kekal dadanya bergemuruh saat khawatirnya kumat kemana tekad harus berlari? tanya yang tak pernah mendapat jawaban dalam bait-bait kereta …

mengisi satu petak dalam memori dengan cerita yang kadang sulit untuk diingat dengan kata yang kadang sulit untuk disampaikan tapi coba lihat ke seberang yang lebih jauh mimpi-mimpi pembebasan pun belum selesai mencapai satu tingkat menjadi manusia merdeka

lihat tangan ini esok genggamannya tak akan berubah (i.a.) karena dalam dirinya telah terpasung lihat kemari pernahkah tekad ini patah? jika raganya tak pernah kenyang? dalam ranah bumi penuh pesona terkikir sebuah makna perubahan stagnansi bukan akal sehat tanpa repetisi dan koordinasi

patutkah logika menaruh harap ia tak tahu kemana hendak merujuk sedangkan hati terkadang bimbang sunyi, sepi, sedan terkadang kelam hati warna angan sesaat kelam seketika logika dikedepankan (hati) bimbang tergoda oleh logika masa depan tak akan pernah perlu jika hari ini cukup dengan imaji tentang warna yang dulu

entahlah… mungkin bayangan ini akan mengejar kita selamanya tak perlu ada kata aku hanya ingin masa depan yang berbeda karena masa lalu mungkin kesalahan kita dan mungkin tak akan pernah cukup ada waktu untuk satu kata yang tersisa