mengisi satu petak dalam memori dengan cerita yang kadang sulit untuk diingat dengan kata yang kadang sulit untuk disampaikan tapi coba lihat ke seberang yang lebih jauh mimpi-mimpi pembebasan pun belum selesai mencapai satu tingkat menjadi manusia merdeka

lihat tangan ini esok genggamannya tak akan berubah (i.a.) karena dalam dirinya telah terpasung lihat kemari pernahkah tekad ini patah? jika raganya tak pernah kenyang? dalam ranah bumi penuh pesona terkikir sebuah makna perubahan stagnansi bukan akal sehat tanpa repetisi dan koordinasi

patutkah logika menaruh harap ia tak tahu kemana hendak merujuk sedangkan hati terkadang bimbang sunyi, sepi, sedan terkadang kelam hati warna angan sesaat kelam seketika logika dikedepankan (hati) bimbang tergoda oleh logika masa depan tak akan pernah perlu jika hari ini cukup dengan imaji tentang warna yang dulu

entahlah… mungkin bayangan ini akan mengejar kita selamanya tak perlu ada kata aku hanya ingin masa depan yang berbeda karena masa lalu mungkin kesalahan kita dan mungkin tak akan pernah cukup ada waktu untuk satu kata yang tersisa

temukan dia kembali atau mereka jika perlu diantara remah remang perjalanan hidup yang meniti dan bertahan atas rindunya orang-orang besar dalam mimpinya memberi inspirasi akan masa depan ya.. disaat itu saat sebuah percakapan tanpa kertas, tanpa kontrak, tanpa catatan yang menjadi transaksi perjuangan bangsa revolusi… atas nama mereka-mereka yang terdahulu memberikan inspirasi …

mengenal tak perlu menunggu dikenal ya kawan… di lereng-lereng, ketika lendir lumut bertemu dengan sungai kita bercengkrama dengan asap dan kopi apa kabar revolusi? ataukah kita menunggu seperti si monyet dan menunggu saudara keranya berkata tentang rantai evolusi ya kawan… perubahan-perubahan… antara perut dan gurat-gurat kematian menjadi permainan dalam birokrasi tak ada …

entah sudah yang keberapa kali aq kembali ke kampung ini, menunggu iedul fitri dan setiap tahun para mujahid dikenang dalam khutbah para khatib. tak ada yang luar biasa kecuali nyala semangat yang lupa terkubur, mereka menyambut setiap individu yang singgah, berhenti dalam sebuah perenungan seorang imam jihad penyelamat eksistensi republik tanpa sebuah …

dia berlari, saat itu aku baru mencoba menapak gelisah itu datang tetapi tuhan memberi jawaban kemana mereka disaat yang lain mencoba menggeliat menyambung tali-tali yang putus dengan urat mereka jemu memang, disaat gembira seharusnya menjadi milik kita dan menukarnya dengan derita hanya demi empati beruntung mereka ada orang sepertimu

Kutelusuri ranah yang ditinggalkan darah menyeberang dalam harapan kesah mencari ilmu demi sebuah sunnah tak dirasa seperempat abad sudah sang darah telah tumbuh mencari batu berbongkah yang menyimpan rapat sebuah kisah kemana darah hendak mencari walau hendak berlari walau dunia menari sejarah sukar tersari singkat tempo termiliki payah badan teragai kesah tak …