Sampai Lampu Kebajikan berada di Titik Padam
Sebuah riset puluhan tahun, kodefikasi darulfunun oleh atuk2 dan bapak2 kita:
—-
sejarah perguruan darulfunun, dimana tidak ada madrasah lain yang menggunakan nama ini di Indonesia, membuktikan secara jelas pemikiran Jamaluddin Al-Afghani dalam pengembangan sekolah pertama, madrasah pertama di Indonesia yang diikhtiar oleh Pemerintah Indonesia sebagai perintis Pengembangan Pendidikan Sains & Agama.
—-
saya kutipkan pidato al-afghani untuk memecut semangat kita, perjalanan dan cita-cita ini masih panjang…
—-
Puncaknya dalam peresmian Universitas Sains ‘Darul Funun’ di Istanbul, Turki, 20 Februari 1870, Al-Afghani berpidato:
“Saudara-saudaraku! Bukalah mata baik-baik dan lihatlah pelajaranmu. Bangunlah dari tidur yang melenakan. Ketahuilah bahwa ummat Islam adalah ummat terbaik, yang paling berharga di dunia ini. Mereka sangat hebat dalam kecerdasan, pemahaman, dan kewaspadaan. Mereka pernah dihadapkan pada hal tersulit dalam bekerja dan berusaha. Belakangan ini ummat Islam tenggelam dalam kelalaian dan kebodohan.
Seperti berada di sudut madrasah dan biara darwis, sampai-sampai lampu kebajikan berada di titik padam; dan ruh pendidikan pun menghilang. Sinar matahari dan cahaya bulan mulai memudar. Beberapa negara-negara Islam berada di bawah dominasi negara-negara lain. Pakaian kehinaan disematkan padanya. Kesucian agama pun mulai dihina. Semua hal ini terjadi akibat kurangnya kewaspadaan, kemalasan, kebodohan dan tidak mau berusaha…. ….
Sejauh ini, marilah kita belajar semua cabang Sains. Marilah kita tingkatkan derajat kemanusiaan. Marilah kita bebaskan diri dari kebodohan dan sifat kebinatangan…. …
Jangan sampai kita kehilangan kejayaan masa lalu dan hak-hak generasi mendatang. …
Kita harus berjalan menuju ke tahap-tahap kebajikan. Marilah kita berusaha untuk meningkatkan kemuliaan agama Islam. Saudara-saudara! kita akan mengambil contoh dari bangsa beradab? Marilah kita lirik prestasi usaha mereka. Karena mereka telah mencapai tingkat tertinggi ilmu pengetahuan….”
—
semoga ini menjadi refleksi bagi kita, untuk terus memberikan nafas kepada pendidikan, karena saat ini 2/3 pemuda-pemuda kita terproyeksikan tidak dapat kuliah, karena kursi-kursi hanya setengah kursi tersedia untuk mereka yang lulus SD/MI, dan hanya setengah kursi diperguruan tinggi yang tersedia untuk mereka yang lulus SMA/MA.
mari kita bangun surau ini kembali, bertahan tegapkan tulang yang rapuh, karena kita yang tertatih saat ini, menjadi pijakan untuk mereka untuk dikemudian hari.