Anak shalih dan Amal yang tidak terputus
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ“
Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
Sudah banyak paparan dan sudah jelas sekali tentang dua amalan yang tidak terputus dalam hadits diatas, yakni:
Shadaqah jariyah – infaq yang memberikan manfaat kepada orang lain, seperti waqaf masjid, pembangunan sekolah, waqaf sumur, rumah yatim, rumah inap, dan lain sebagainya yang menjadi amalan tidak terputus. Salah satu contoh yang dapat disampaikan adalah tentang sumur Raumah yang dibeli oleh sahabat Utsman bin Affan dari seorang Yahudi, yang hingga kini ditumbuhi oleh 1550 pohon kurma sekelilingnya yang kemudian hasilnya sebagian diberikan untuk menyantuni fakir miskin dan anak yatim, dan sebagiannya ditabung atas nama Utsman bin Affan hingga kini.
Ilmu yang bermanfaat – ilmu yang diajarkan kemudian diajarkan terus kepada orang lain ataupun dimanfaatkan oleh sang pembelajar untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat, sehingga manfaat tersebut menjadi bagian dari amalan yang tidak terputus. Salah satu contoh adalah ilmu ushul fiqih yang disampaikan oleh Imam Syafii, 40 Hadits An-Nawawi, Riyadhus Shalihin, Shahih Muslim, dan juga ilmu kedokteran oleh Ibnu Sina, ilmu kimia oleh Ibnu Rushd, Abbas bin Firnas tentang pesawat terbang, al-Haitam tentang lensa, dan masih banyak lagi.
Bagaimana dengan anak yang shalih, ada hal menarik yang ingin saya share dengan sahabat sekalian, semoga Allah memberikan barakah kepada mereka yang menyampaikan hikmah ini dan Allah lah yang maha memberikan Hidayah.
Doa anak yang shalih – bagaimana doa anak yang shalih dapat menjadi amalan yang tidak terputus? menarik jika kita kutip beberapa hadits terkait posisi orang tua terhadap anak-anaknya.
عن عائشة عن النبي صلى الله عليه و سلم أنه قال ” ولد الرجل من كسبه من أطيب كسبه فكلوا من أموالهم
“Dari Aisyah dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Anak seseorang itu termasuk jerih payah orang tersebut bahkan termasuk jerih payahnya yang paling bernilai, maka makanlah sebagian harta anak.” (HR. Abu Daud, no.3529 dan dinilai sahih oleh Al-Albani)
إن من أطيب ما أكل الرجل من كسبه وولده من كسبه
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seenak-enak makanan yang dimakan oleh seseorang adalah hasil jerih payahnya sendiri dan anak seseorang adalah termasuk jerih payahnya.” (HR. Abu Daud, no. 3528 dan dinilai sahih oleh Al-Albani)
عن جابر بن عبد الله أن رجلا قال يا رسول الله إن لي مالا وولدا. وإن أبي يريد أن يجتاح مالي. فقال: - أنت ومالك لأبيك
Dari Jabir bin Abdillah, ada seorang berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki harta dan anak namun ayahku ingin mengambil habis hartaku.” Rasulullah bersabda, “Engkau dan semua hartamu adalah milik ayahmu.” (HR. Ibnu Majah, no. 2291, dinilai sahih oleh Al-Albani)
عن عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده قال جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه و سلم فقال إن أبي اجتاح مالي. فقال:( أنت ومالك لأبيك ) وقال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( إن أولادكم من أطيب كسبكم . فكلوا من أموالهم )
Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakek ayahnya yaitu Abdullah bin ‘Amr bin al ‘Ash, ada seorang yang menemui Nabi lalu mengatakan, “Sesungguhnya ayahku itu mengambil semua hartaku.” Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Engkau dan semua hartamu adalah milik ayahmu.” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya anak-anak kalian adalah termasuk jerih payah kalian yang paling berharga. Makanlah sebagian harta mereka.” (HR. Ibnu Majah, no. 2292, dinilai sahih oleh Al-Albani).
عن عائشة-رضي الله عنها- قالت :قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إنّ أولادكم هبة الله لكم “يهب لمن يشاء إناثا ويهب لمن يشاء الذكور”فهم وأموالهم لكم إذا احتجتم إليها
Dari Aisyah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya anak-anak kalian adalah pemberian Allah kepada kalian sebagaimana firman Allah yang artinya, ‘Dia memberikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki anak perempuan dan Dia memberikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki anak laki-laki.” (QS. Asy-Syura: 49).
Oleh karena itu, maka mereka dan harta mereka adalah hak kalian jika kalian membutuhkannya.” (Shahih, Silsilah Shahihah, no.2564).
Jika kita hubungkan antara hak orang tua dan doa anak yang shalih jika merujuk hadits yang pertama tentang amalan yang tidak terputus, dapat kita ambil sebuah benang merah yang mencerahkan: anak-anak (yang shalih yang mengingat orang tuanya), yang mengerjakan amalan shadaqah jariyah dan ilmu yang bermanfaat.
Amalan anak adalah bagian dari amalan orang tuanya, anak yang berwakaf – orang tua mendapatkan bagian, anak yang bersedekah – orang tua mendapatkan bagian, anak yang mengajarkan ilmu yang bermanfaat – orang tua mendapatkan bagian.
Bagian yang sangat manis disebut dalam hadits diatas, yakni: amalan yang tidak terputus hingga shadaqah jariyah dan ilmu tersebut dimanfaatkan oleh orang lain hingga hari kiamat, dan dipetik hasilnya oleh orang-orang tua yang mendidik anaknya beriman dan beramal shalih.
Hal ini selaras dengan apa yang dimaksud oleh shalih adalah orang-orang yang beramal shalih, yang memberikan manfaat, sebagaimana dalam surat At-Tin.
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
(at-Tin 6)
Sehingga salah satu perwujudan rasa sayang kepada orang tua, maka beramal shalihlah, bershadaqah jariyah, dan berikan ilmu yang bermanfaat, sehingga orang tua juga dapat mencicipi manisnya amalan yang tidak terputus yang dijanjikan oleh Allah.
Dan bagi orang tua maka didiklah anak selain menjadi hamba yang beriman juga menjadi hamba yang beramal shalih, yang memberikan shadaqah dan berebut memberikan manfaat kepada orang lain.
Bagi anak, maka perbanyaklah amal shalih, bershadaqah, dan memberikan manfaat kepada orang lain, insyaallah menjadi bagian dari amalan yang tidak terputus bagi orang tua. Dimana ada peluang untuk beramal shalih, seolah-olah kita terbayang sedang tergesa-gesa memberikan amalan yang terbaik kepada orang tua.
Waallahu’alam, Allah lah yang maha berilmu yang memberikan hidayah dan taufik.