Problema Sosial
Jika mau jujur, kenapa terlalu banyak isu-isu yang pada dasarnya sepele, mampu memprovokasi masyarakat untuk merespon berlebihan? Apakah media terlalu miskin berita sehingga hanya mampu menyuguhkan berita-berita tersebut, tak perlu menjadi heroik pun, cukup membaca media, kita sendiri akan sekejap terprovokasi, atau memang jurnalis kita adalah orang-orang yang berbakat untuk memprovokasi dan mengambil keuntungan dalam manajemen konflik? kita tidak tahu juga, tapi setidaknya pastinya ada segelintir kecil jurnalis yang memang jelas paham bagaimana bola panas bisa bergulir.
Problematika sosial sedemikian parah, berkembangnya perekonomian ternyata tidak mampu memberikan dampak yang signifikan terhadap penyelesaian permasalahan sosial, kesenjangan yang terus melebar, dan memberikan porsi terhadap perkembangan kriminalitas, termasuk bagaimana masyarakat merespon isu.
Rakyat jelata pada dasarnya sudah stress, simpul-simpul sosial sudah tidak mampu menahan tekanan, sedikit pemicu mampu menghasilkan ledakan yang luar biasa.
Permasalahan ini saya obrolkan dengan seorang tukang sate padang di pinggir jalan, masyarakat sebenarnya “mentok” untuk berkeluh kesah, ibarat seorang anak yang menggerutu kepada orang tuanya, kemudian mencari ribut dengan tetangga yang mengejeknya, seperti itu pula masyarakat kita saat ini, keluh kesah akibat situasi hidup yang tertekan, disambut oleh gempita kenaikan gaji para pejabat, entah layak atau tidak, tetapi setidaknya itu sudah menimbulkan kecemburuan sosial, apakah klausul “suruh siapa gak sekolah” bisa diajukan?
Didalam masyarakat majemuk yang masing-masing harus berjuang untuk pendidikan dan penghidupan yang layak, dimana letak negara? berapa persen anggaran pendidikan? berapa persen pula untuk pelayanan publik yang spending costnya langsung kepada rakyat jelata? jangan-jangan anggaran pendidikan dan pelayanan publik hanya habis untuk membayar gaji pegawainya, jika hal ini yang terjadi, ada permasalahan yang harus segera dikoreksi.
Hari ini baru negara malaysia diajak ribut oleh kumpulan orang yang tidak memiliki kesibukan produktif, esok bisa saja semua negara didunia diajak ribut karena berani menyenggol bangsa yang lagi bisulan akibat hidup kotornya sendiri, dan itu pun kita masih membanggakan perilaku agitasi tersebut.