Bogota Case

Saya berterimakasih dengan sangat mendalam kepada satu orang yang memberikan informasi mengenai bogota case dan melengkapi pemahaman saya tentang building of civilization yang saya kumpulkan dalam satu kerangka bernama “project five”. Orang ini sudah meninggal bulan juli 2009 dalam umur yang masih muda, satu fase yang datang dan pergi hingga menjadi manusia yang meninggalkan nama dan inspirasi dalam benak manusia lainnya.

Mungkin banyak yang belum tahu tentang Bogota yang merupakan ibukota dari negara Kolombia yang dikenal sebagai kota yang tinggi tingkat kriminalitasnya, tinggi trafficking, juga peredaran obat-obatan, dan pada tahun 1998-2000 seorang walikota terpilih bernama Enrique Penalosa mengembangkan pendekatan baru mengenai tata dan perencanaan kota, salah satu konsepnya adalah “the city of happiness”, semua lapisan masyarakat berhak mendapatkan akses yang sama untuk memperoleh kebahagiaan.

Beberapa konsep yang dikembangkan adalah:

  • Membangun Resttlement (rusun untuk fakir miskin) daripada Mall.
  • Membangun Sekolah, Perpustakaan, Tempat penitipan anak ditengah-tengah kawasan kumuh.


Perpustakaan Publik

Quote:
DI SHOPPING MALL YANG MEWAH, WARGA MISKIN MERASA SEBAGAI ORANG ASING ATAU TIDAK DITERIMA (TIDAK SEDERAJAT) DI PERPUSTAKAAN MEREKA MERASA DITERIMA DAN DIHARGAI.

ORANG MISKIN BISA DATANG KE TEMPAT ITU BUKAN KARENA KEKAYAANNYA ATAU MEMILIKI PENDIDIKAN YANG TINGGI, TAPI CUKUP SEBAGAI SEORANG WARGANEGARA

  • Ruang Publik


Buss Way Bogota

Quote:
Jika sebuah kota memberikan  kenyamanan hidup kepada anak anak dan lanjut usia (Lansia)
Berarti  kota itu mampu memberikan kenyaman kepada  siapapun juga.

JIKA ADA KENDARAAN YANG DIPARKIR DI TROTOAR ATAU SISI JALAN……
ITU PASTI TERJADI DI NEGARA MISKIN YANG TIDAK BERPERIKEMANUSIAAN DAN ITU TIDAK ADIL!

  • dan sebagainya

Beberapa konsep penalosa ini sebenarnya sudah disosialisasikan di Jakarta, kalau sudah tahu tentang jalur pejalan kaki, jalur sepeda, dan yang lebih dikenal adalah Bus Way, ini adalah aplikasi dari konsep tersebut.

Jadi juga perlu tahu dari mana ide ini awalnya dikembangkan, dan kedepannya kita bisa mengawal pengembangannya bukan hanya jadi penonton, dimana terkadang konsep ini di Indonesia sering menjadi “proyek” dan dipolitisasi, sehingga untuk merealisasikan kota yang ramah terhadap manusia pun kita memerlukan waktu yang cukup lama, hanya habis di meja birokrasi dan wakil rakyat, sungguh sangat disayangkan.

Dan  konsep ini bukan hal yang baru, hanya diperlukan kesadaran “untuk siapa kota ini dikembangkan?” dan kesadaran itu adalah hal yang paling mahal.

Ingin mengetahui lebih banyak silakan searching di google dengan topik Bogota Succes Story, Bogota Case, Enrique Penalosa, Public Space Bogota, Resettlement Bogota, dsb..

Semoga menginspirasi..

Leave a Reply