Organisasi vs Agitasi: Pendidikan!!

Ini sudah tulisan yang kesekian kalinya tentang pendidikan, tentang organisasi dan agitasi, filosofi hatta yang gw pegang tentang pendidikan, selama agitasi (ketidak beraturan) merajalela, selama itu pendidikan ternilai secara qualitatif tidak dalam kondisi yang optimal.

Hatta, tokoh yang gw usung dalam berbicara hal ini, dalam biografinya tertulis “dari agitasi menuju organisasi dengan edukasi“, entah apa maksudnya Hatta, tapi sebagai renungan pribadi ada artinya, dan sebagai diktum (hahaha, udah tiga tulisan gw pakai istilah diktum, keren aja lagi ;p) untuk mengkritisi sistem juga bisa diaplikasikan.

Jadi inget waktu interview kemarin, “kamu sudah S2 ngapain kamu kerja, nggak jadi dosen?” gw jawabnya waktu 10 tahun berkembang di perusahaan saya persingkat dengan belajar selama 2 tahun, ada pertambahan knowledge disini, dan kebetulan ini dalam pendidikan formal, ketika secara sosial dinilai sebagai sebuah pride, ini sebuah value added.

Kita coba bedah sistem pendidikan dengan cara manufacture, ada istilah continous improvement, selain berbicara tentang perubahan yang terus menerus, metode ini didukung dengan distribution management, artinya keputusan didistribusikan ke tingkatan level yang paling rendah untuk mengambil sebuah keputusan, dimana value of education philosophy didistribusikan by training, jadi bukan tool dan hasil dari keputusannya yang didistribusikan, tetapi wewenangnya.

Dengan filosofinya Hatta saja, ditambah metode management yang gw bilang tadi, setiap kesalahan error dalam pendidikan dapat diperbaiki sebelum dia menyebar dan menginfeksi bagian-bagian yang lain, bisa dimulai dari satu murid yang error, satu guru yang error, satu kepala sekolah yang error, satu kepala dinas yang error, satu sekolah yang error, satu departemen yang error, dan itu harus diperbaiki secepat mungkin dan berlangsung secara berkelanjutan continous.

Leave a Reply