Bertemu sang Faqir

Disudut tangga tersebut aku bertemu dengannya, pandangan sedikit mendongak ke atas, tak ada tangan menengadah, menunggu jemaah lewat yang sedikit merasa iba padanya, dihari yang lusuh, berkelana dengan bermodal pakaian terbaik yang tetap saja terlihat lusuh, berharap bertemu hamba tuhan yang terketuk hatinya, memberikan haknya tanpa perlu diminta, tanpa perlu ditanya.

Faqir kawanku, jika memang ada lebih dalam diriku, sekedar semangat pelepas jiwa-jiwa yang haus, sekedar wawasan yang terkadang bimbang berisi ilmu atau justru menyesatkan, Faqir kawanku, dalam sudut pandangku yang berbeda, kau lebih beruntung dari pada aku, berkerumun dengan malam, tanpa perlu merasa gelisah, dengan nilai-nilai, dengan sengsara yang diberikan kepada para pengharap, dengan mimpi-mimpi yang tak pernah tahu apakah cahaya akan datang menumbuhkan benihnya, sedikit tersiksa disaat kawan lain tidur berselimut langit malam yang sejuk.

Apa lagi yang bisa aku pertanyakan, disaat adzan berkumandang, kau berburu untuk menghadap-Nya, sedangkan aku masih berjalan dengan langkah gontai, kau sedikit beruntung, walaupun kita tidak pernah tahu apa yang akan kita hadapi nanti untuk dipertanggungjawabkan di hari akhir.

Cuma satu yang kau pesan setiap berjumpa denganku, dengan tatapanmu, kau tidak mengemis, dan berkata dalam pandanganmu yang dalam, “ya aku juga seperti kau, memiliki kesempatan yang sama menuju surga”.

Leave a Reply