Seperti Kataku
Pagi ini berjumpa dengan ibu tetangga sebelah, akhirnya aku tahu, anak kolong langit itu bernama “ucok”, kasihan ujarnya, ayah dan emak-nya bekerja, tak ada yang me-ajarnya. Apakah ia sekolah? urung aku meneruskan bertanya.
Ucok yang riang, dengan kulit yang direlakan gelap terbakar matahari, melompat-lompat riang dari satu pagar ke pagar lainnya, meniti atas tembok yang mungkin tak pernah direlakan pemiliknya untuk dilewati.
Kelam memang kisahmu kawan, seandainya kamu bisa banggakan dirimu, miskin bukan berarti tak berbudi, mungkin simpatiku akan mengalir pada nasibmu dan kau rajin berdoa.