Ekonomi menjadi dalil, apakah pantas?
Ekonomi menjadi dalil, tampaknya saat ini hal tersebut menjadi jargon yang paling layak dikonsumsi atau justru memang yang paling layak dipersembahkan ke khalayak publik.
Tapi masyarakat yang baik, warga negara yang baik, harus paham, apakah tampilan, apakah kemasan, tersebut adalah sesuatu hal yang vital bagi Indonesia, terutama menurut pandangan subyektif individu, dan kemudian mencoba melirik opsi-opsi yang ditawarkan apakah ada sedikit opsi yang berkaitan dengan subyektifitas kita tersebut.
Kembali ke topik diatas, Ekonomi menjadi dalil, apakah pantas? Saya kira Ekonomi dalam wawasannya yang luas yang mengusung pemeran utama uang, dan Ekonomi dalam keterbatasannya sebagai bidang (field) memiliki derajat yang berbeda. Jika kita berbicara Ekonomi yang awal, maka baik dan buruknya, kita tidak perlu mengungkit Ekonomi, karena sub-sub topik yang berikutnya menjadi penting. Sedangkan jika kita berbicara tentang Ekonomi yang berikutnya, sungguh porsi Ekonomi lebih kecil dari yang kita sandingkan sebelumnya, terutama dalam sektor real.
Kita mendengar, melihat dan menyaksikan, semua capres-cawapres kita mengusung topik Ekonomi, tetapi hati-hati, sesungguhnya berbeda, bedakan ekonomi sektor real yang meletakkan warga negara sebagai subyek pelaku dan ekonomi moneter yang meletakkan warga negara sebagai obyek ekonomi. Policy memang penting, tetapi dalam tatanan real policy adalah sesuatu yang ideal yang juga harus diwujudkan, sedangkan realita jauh panggang dari api.
Tapi terlepas dari kita semua, semua statuta tren ekonomi di indonesia bisa dibaca, karena dia tidak lahir dari buah pemikiran indonesia, dia terpengaruh sistem ekonomi yang terbukti di amerika menciptakan gap (jarak) antara catatan kredit dan uang real yang tersimpang oleh bank. Menciptakan surat hutang ataupun uang yang tidak dibekali cadangan emas di bank-bank nasional.
Sekarang pilihan dari kita, apakah ekonomi akan terus menjadi dalil atau pilar-pilar bangsa ini siap mempelajari-mengembangkan bidang-bidang lain sebagai dalil.