Resistensi Agama berpolitik

Islam bukan agama politik, terlebih agama yang mengajarkan berperang tanpa alasan. Tapi unik, bagi mereka yang banyak belajar tentang teori politik klasik, akan mendapatkan dimana Agama adalah political bargain itu sendiri. Dimensi-dimensi keagamaan yang menyentuh dimensi sosial, bahkan statuta kekuasaan menjadikan agama kerap menjadi doktrin politik.

Pemisahan Agama dan dimensi keberagamaan itu sendiri, seperti dimensi sosial khususnya alienansi agama dalam kehidupan praktis masyarakat termasuk didalamnya politik, yang singkat kata disebut sekulerisasi termasuk hal yang aneh dan factually uncommon, secara fakta tidak biasa. Manusia sebagai makhluk sosial berinteraksi dengan etika, dengan norma, sedangkan norma dan etika didapatkannya dari keyakinan yang pada dasarnya akan merujuk pada keyakinan yang paling dasar, tauhidur rububiyah, keyakinan dasar akan adanya tuhan.

Justru aneh barang kali, ketika berbicara Islam tapi tidak paham apa yang digariskan diluar tauhid dan ibadah, masih terdapat FIQH yang menyangkut banyak hal berkenaan dengan muamalah, siyasah, tarbiyah, mawarid, dan lain sebagainya. Kontempelasi yang luas ini menjadikan kajian keilmuan Islam berkembang sangat luas untuk dijadikan referensi dalam kehidupan praktis, terlebih politik.

Ada yang menarik dewasa ini, keilmuan islam belum mendapat konsentrasi yang berimbang dibandingkan atribut keberislaman, kajian keilmuan politik islam masih terlalu jauh, hal ini hanya menyangkut referensi. Karena teori politik dewasa ini tidak jauh dari teori politik klasik, dimana seharusnya pengkajian terhadap teori politik yang dimainkan oleh tokoh-tokoh islam patut mendapat perhatian, yang pada sekitar abad 19-20-an justru diramaikan oleh tokoh-tokoh dari Indonesia. Sebut saja, H. Agus Salim, M. Hatta, Syahrir, M. Natsir, dan sebagainya, hingga tokoh politik diluar Indonesia, Hasan AlBanna, Ahmad Surkati, Raja Abdullah, M. Khadafi, Ahmadinejad dan sebagainya. Kajian-kajian terhadap pemikiran tokoh-tokoh ini yang kemudian akan memperkaya khazanah politik atau keilmuan siyasah kita.

Jadi kemudian, apakah agama harus resisten terhadap politik?
Atau justru kita yang hanya sekedar beragama?

Leave a Reply