desersi

mungkin memang benar hidup ada maunya sendiri
pelekatan-pelekatan metafor atas individu tentu menjadi penilaian yang subyektifitas
bagaimana kemudian hal tersebut dikatakan sebagai penghakiman sepihak

mungkin benar kata seseorang
penulis sebenarnya sedang merampas hak-hak kaum teraniaya
hidup dengan kebanggaan atas penulisan nasib kaum tersebut

dilematis memang, disaat kita terseret arus kita pula menyatakan sangsi dan memaki
dan disaat kita yang menciptakan arus, kita menyatakan justifikasi tanpa batas atas nama pembenaran
entah ini lebih baik disampaikan sebagai ironi, atau dilemma, terserahlah…

aneh pula, dari mana empati berasal?
rasa sakit secara emosi, logika terluka oleh ketidakmampuan mencari solusi, mental yang abstain karena kepasrahan
walaupun sebenarnya secara fisik kita tidak terluka
terluka juga kah namanya?

Leave a Reply