Menyapa Nasib, berada dimana…
Sudah cukup lama, saya menarik diri atau lebih tepatnya bosan dengan percakapan-percakapan yang tidak berkembang dan menjadi remeh-temeh angan-angan. Sebagaimana membedakan antara mimpi dan angan-angan, berada persimpangan dengan kelokan di kedua sisi, menjadikan kita manusia peragu, ini lah posisi yang harus saya hadapi sekarang.
Saya percaya manusia diberi kemampuan memprediksi, dengan variabel-variabel yang bisa masuk dalam intuisinya, termasuk sebuah keyakinan akan perubahan. Mimpi disusun dari variabel-variabel masa sekarang, permasalahan ketepatan tentu itu permasalahan yang menentukan pula apakah mimpi ataukah angan-angan.
Mentalitas, karakter yang terakhir kali akan menentukan konsistensi apa yang dilakukan sekarang akan diterima hasilnya dalam satu periode waktu. Disana lah mimpi berada, dia tidak dibelakang, justru didepan dari realita, apakah terbukti atau tidak kita-kita lah yang mendorong realita untuk mendekati dan terus mendekati mimpi.
Stagnansi saya ternyata sebuah pengambilang keputusan menunggu realita mengejar Mimpi yang dahulu, dan selama waktu penungguan tersebut, tidak salahnya kontempelasi inkubasi menrefleksikan diri dan mencari peningkatan tanpa melewati sebuah proses aktivitas, akan meningkatkan level diri kemampuan kita, bukan pengalaman kita.