kampung para mujahid
entah sudah yang keberapa kali aq kembali ke kampung ini, menunggu iedul fitri dan setiap tahun para mujahid dikenang dalam khutbah para khatib.
tak ada yang luar biasa kecuali nyala semangat yang lupa terkubur, mereka menyambut setiap individu yang singgah, berhenti dalam sebuah perenungan seorang imam jihad penyelamat eksistensi republik tanpa sebuah bintang jasa, dan seperti biasa sejak kapan mereka yang bersorban menjadi tentara republik, itu hal yang lumrah di republik ini. anak abangnya dilaporkan tertembak oleh belanda, yang ditanya hanya menjawab, mati berlari sebagai pengecut atau mati menghadang menjadi sohibul syahid. abangnya hanya berkata syahid malik…
seorang guru pernah menulis pembaharuan islam, tanah melayu menjadi ladang, tapi sekali lagi siapa yang butuh dinding penyemat, mengingatnya saja sudah membuat air mata terurai, kelopak membasah dan dada bergetar menggelora.
kita belum apa-apa…
hanya pemimpi yang mewujudkan mimpinya yang primordial… eksistensi, harta dan stabilitas….