apakabar malakok?
hmm… yah saya cukup gembira melihat perkembangannya, setelah lebih dari dua tahun yang lalu saya mengusung budaya ini untuk rekonstruksi budaya di Minangkabau, dan sejak itu sudah banyak yang mulai terbuka dengan mekanisme ini.
saya memang baru menuliskan malakok ini di blog saya sekitar satu tahun yang lalu, akan tetapi saya sudah mengusung hal tersebut dalam berbagai diskusi, perdebatan dalam milist, hingga akhirnya sekarang tak ada yang ragu dengan budaya ini.
apakah saya yang mengusung malakok ini? penciptaan budaya baru lalu kemudian direkonstruksi?
tidak, bukan saya, walau memang yang teringat oleh saya pada saat itu, saya menjadi yang sedikit (bisa jadi saya sendiri) yang mengangkat malakok sebagai upaya rekonstruksi keglobalan minangkabau sebagai sebuah sistem kemasyarakat, dan bukan hanya sebagai budaya yang menempel pada satu suku bangsa.
setidaknya, saya yakin ini bisa menjadi sebuah awal dimana pemuda-pemuda minang akan mencoba menapak di bumi yang lebih luas dan tak ragu untuk kembali, dengan siapapun mereka beranak pinak, dan ini juga menjadi pintu bagi keluarga-keluarga yang kerap kali tersiksa dengan julukan anak pisang.
dan saya berharap secara pribadi, peradaban ini bisa mulai terbangun kembali dari tidur panjangnya.
tanJabok