Kebenaran atau Pembenaran
Judul mengutip opini yang disampaikan oleh mbak berjilbab merah dalam debat tersebut
Malam kemarin ada acara Debate di TVONE, antara partai Golkar dan partai Hanura, tetapi bukan itu yang menarik, yang menarik adalah kader-kader di Hanura pada umumnya merupakan kader-kader di partai Golkar, sedangkan di fenomena di Golkar adalah memberikan kuota/kesempatan sebesar 20% pihak luar bergabung dalam kader unggulan (baca: Caleg) partai Golkar, dan salah satu yang menyita perhatian mengutip peserta acara kemarin, “Seorang pengamat yang kita hormati dan apresiasi karena analisis yang tajam, bergabung dengan partai Golkar”, dan ini saya artikan bahwa baik lawan maupun kawan mengakui secara jelas kompetensi mantan pengamat ini, orang ini tak lain adalah Indra Jaya Piliang.
Saya berfikir dan tergelak dalam hati bisakah sosok mantan pengamat ini berdiri tegak sebagai dirinya sendiri, tetapi memang perjalanan panjang baru akan dimulai, wajar jika kapal terombang ambing, Indra Jaya Piliang melakukan satu etika politik (entah etis atau tidak) yang umum, dan anehnya yang umum ini kita semua muak, yakni Pembenaran.
Saya mengakui bahwa kader-kader partai Golkar dan bahkan partai Golkar sendiri yang melakukan pekerjaan hebat sejauh ini, dikarenakan porsinya yang besar dalam sistem legislatif kita, tapi perlu di ingat, penyakit-penyakit yang berada dalam sistem legislatif, seperti kekhawatiran yang dikatakan oleh aristoteles dalam sistem Demokrasi “ketika semua bersepakat dalam keburukan, ketika legislatif di isi oleh orang-orang yang tak paham”, ini lah harga yang harus dibayar oleh partai Golkar menjadi partai yang dominan.
Indra Jaya Piliang melakukan manuver pembenaran, dan dari segi kualitas konten Debat memang harus diakui partai Golkar lebih siap ketimbang partai Hanura, hal ini berdasarkan pengamatan dalam Debat kemarin, tetapi ada yang perlu diubah dari image partai ini, yakni merasa benar dan hebat dengan melakukan pembenaran publik, mungkin ini yang dikatakan orang “the titanic is sinking”, dan IJP terhipnotis oleh cultur yang ada dalam partai Dominan, atau penguasa Dominan legislatif. Pembenaran Publik.
Soetrisno Bachir dan rekapitulasi massa
Saya tidak sempat mengamati secara total The Candidates kemarin, karena aneh bin tidak wajar, acara Debat lebih menarik karena diisi bintang tamu yang lebih luar biasa dibandingkan calon dalam The Candidates (bagi saya pribadi), selain isi didalamnya yang juga lebih seru (diskusi dan perdebatannya). Ada satu hal yang menarik bagi saya, yakni ketika salah satu juri/panelis bertanya yang kira-kira saya pahami seperti berikut: umat islam yang massif, apakah menjadi salah satu incaran PAN”, tetapi sayang disayang sang ketua menjawab dengan “PAN bukan partai berbasis keagamaan”, sedangkan disatu sisi dengan pertanyaan “Berapa biaya kampanye media Soetrisno Bachir?” sang ketua menjawab, saya menolak menjawab karena akan timbul mudharatnya. Kenapa untuk pertanyaan yang pertama tidak dijawab dengan jawaban yang kedua??
After all this is politics right?? ^_^