Mengatasnamakan Keadilan untuk Ketidakadilan

Saya mengerti ketika Pemerintah memilih menunda mengeluarkan SKB demi Image Negara Demokrasi, saya mengerti seorang Pancasilais membela ke-Bhinekaan, dan saya juga turut mengerti tentang simpatisme kelompok yang merupakan romantisme lama sejak zaman kolonial, saya juga berusaha mengerti tentang pengusungan kebebasan di ruang yang tidak pernah bisa bebas, saya mengerti ketika semua tokoh politik mengatakan hal yang populis dan bijak atas nama masa depan yang lebih baik.

Yang tidak saya mengerti ketika seorang muslim mengatakan: Islam memberikan kebebasan dalam beragama (termasuk terhadap tauhid). Kemudian saya semakin tidak mengerti berdiri dimana orang-orang yang mengatasnamakan kebebasan. Karena saya dan mereka berbeda, jika saya muslim lalu mereka? Terlebih, jika mereka muslim lalu saya?

Mungkin saya yang bukan muslim nampaknya, karena saya tidak paham kebebasan berada dimana??

Saya semakin bingung, ketika mahasiswa dan aparat beradu batu, dan mahasiswa yang dikatakan anarkis, saya juga semakin bingung ketika FPI dan AKBB konflik, FPI menjadi korban atas nama kekuasaan (saya turut bersimpati karena sedikitnya jaringan Nepotisme FPI), dan saya semakin bingung, rasa simpati saya terhadap FPI tumbuh, dan rasa kesal saya terhadap Pemerintah muncul seperti rasa benci saya (in manner) terhadap guru asrama saya dulu. Kesal karena keadilan yang memunculkan ketidakadilan.

Leave a Reply